Di sebuah desa yang sepi, berdiri sebuah rumah tua yang sudah lama tidak berpenghuni. Konon, rumah itu milik seorang pelukis terkenal bernama Arman, yang menghilang secara misterius 15 tahun lalu. Tak ada yang tahu ke mana dia pergi. Namun, setiap malam, warga sering melihat bayangan seseorang di jendela lantai dua, seolah sedang melukis.
Rani, seorang mahasiswi jurnalistik, tertarik untuk mengungkap misteri itu. Ia datang ke desa tersebut dengan kamera dan buku catatan. Saat memasuki rumah, udara terasa dingin, padahal siang hari. Lukisan-lukisan aneh terpajang di dinding, sebagian bergambar wajah-wajah yang tampak ketakutan.
Saat Rani mengamati salah satu lukisan, tiba-tiba terdengar suara kuas menyapu kanvas dari ruangan atas. Dengan jantung berdegup kencang, ia menaiki tangga kayu yang berderit. Di lantai dua, ada sebuah studio yang masih tertata rapi, seolah Arman baru saja pergi. Di tengah ruangan, ada kanvas besar yang ditutupi kain putih.
Rani perlahan membuka kain itu. Lukisan tersebut menampilkan wajahnya sendiri, dengan ekspresi terkejut persis seperti saat ini.
Seketika lampu padam, dan suara langkah kaki terdengar di belakangnya. Rani membalikkan badan, tapi tak ada siapa-siapa. Kamera yang ia pegang tiba-tiba menyala sendiri dan mengambil foto. Dalam hasil fotonya, terlihat bayangan seorang pria berwajah pucat berdiri di belakangnya sambil memegang kuas.
Dengan panik, Rani berlari ke arah pintu, namun pintu rumah telah terkunci. Dari ruangan atas terdengar bisikan pelan: “Kau akan jadi lukisanku berikutnya…”
Komentar
Posting Komentar