Di atas langit biru yang tak pernah terlihat manusia, berdirilah sebuah kerajaan bernama Aeloria. Kerajaan ini terbuat dari awan-awan tebal yang bersinar keemasan saat matahari terbit. Penghuninya bukanlah manusia biasa, melainkan Auralis makhluk bercahaya yang mampu mengendalikan angin dan sinar matahari.
Putri kerajaan, Liora, dikenal sebagai pewaris kekuatan “Cahaya Abadi”. Dengan satu lambaian tangannya, dia bisa membuat hujan pelangi atau menenangkan badai. Namun, kedamaian Aeloria terancam ketika Bayangan Malam sebuah kekuatan gelap yang lahir dari kegelapan bulan purnama mulai merayap ke kerajaan awan. Bayangan itu menghisap cahaya dan membuat awan menjadi hitam seperti arang.
“Jika Bayangan Malam menyentuh inti Aeloria, cahaya kerajaan akan padam selamanya,” kata Penasihat Tua, Ormis, sambil menatap bola kristal bercahaya.
Liora, yang biasanya penuh keceriaan, kali ini menggenggam tongkat cahaya miliknya dengan gugup. “Aku akan pergi mencari Biji Bintang,” katanya tegas. Menurut legenda, Biji Bintang adalah permata dari langit tertinggi yang mampu mengusir kegelapan apa pun. Namun, biji itu hanya bisa didapatkan di Lembah Cahaya Hilang, tempat di mana langit bertemu dengan bayangan.
Ditemani Kael, seekor naga awan berwarna biru pucat, Liora memulai petualangannya. Mereka melintasi badai petir, menyeberangi sungai pelangi, dan melewati gerbang raksasa yang dijaga oleh Penjaga Angin Timur, makhluk berbentuk burung dengan sayap kaca.
Di tengah perjalanan, Liora mulai ragu. Bayangan Malam mengirimkan ilusi, menunjukkan mimpi buruk dan ketakutan terbesarnya kesendirian dan kegagalannya menjaga rakyat Aeloria. Kael menyemangatinya, “Kekuatan cahaya tidak datang dari tongkatmu, Liora. Itu berasal dari hatimu.”
Akhirnya, mereka sampai di Lembah Cahaya Hilang. Liora melihat Biji Bintang mengapung di tengah lingkaran awan gelap. Dengan keberanian, ia menutup mata dan memanggil semua cahaya dalam dirinya. Dalam sekejap, tubuhnya memancarkan sinar keemasan yang memecah kegelapan. Bayangan Malam menjerit dan menghilang seperti kabut yang diterpa matahari pagi.
Dengan Biji Bintang di tangannya, Liora kembali ke Aeloria. Saat ia meletakkan permata itu di pusat kerajaan, seluruh awan bersinar lebih terang dari sebelumnya. Aeloria kembali aman, dan rakyat bersorak memanggil nama sang putri.
Sejak hari itu, Liora tidak hanya dikenal sebagai Putri Cahaya, tetapi juga sebagai Pelindung Langit. Dan legenda tentang keberaniannya pun hidup selama ribuan tahun, berbisik di antara hembusan angin.
Komentar
Posting Komentar